Orang-orang besar lahir dari cita-cita, mimpi-mimpi, dan harapan besar. Terkadang cita-citanya dianggap konyol oleh lingkungannya pada waktu itu. Yang lebih seram lagi tidak hanya sekedar konyol, tetapi nyawa pun bisa melayang karena ide-ide yang dianggap tidak lazim. Contohnya Copernicus, misalnya ketika ia mengatakan bahwa bumi itu bulat sebab perputarannya beporos pada matahari. Akibatnya ia nyaris menghadapi hukuman bakar hidup-hidup karena menentang doktrin gereja. Wah…
Ada sebuah kisah tentang seorang lelaki tua di Prancis yang hidup sebatang kara dan berkeinginan untuk pergi ke sebuah lembah. Kisah ini bisa menjadi contoh juga. Pak Tua ini melihat bekas-bekas reruntuhan desa yang penduduknya telah pergi mengungsi, ia memperkirakan bahwa seluruh desa akan menjadi gurun apabila tidak ada pohon yang tumbuh. Maka dalam perjalanannya menuju lembah itu ia memunguti biji-biji oak, memilih yang baik-baik dan merendamnya dengan seember air. Hari-hari berikutnya dengan menggunakan sebatang besi dilubanginya tanah-tanah yang dilaluinya dan ditanamkannya biji-biji oak itu.
Dalam waktu tiga tahun, laki-laki itu telah menanam kira-kira 100.000 biji pohon oak. Ia berharap sekitar 10.000 pohon oak akan tumbuh. Ketika meninggal pada tahun 1974 dalam usia 89 tahun, ia telah berhasil menciptakan salah satu hutan terindah di Prancis, yang terbentang sepanjang 11 km dengan lebar 3 km.
Nah, lalu kenapa kita lebih sering berpikir tentang kegagalan atau kesalahan yang belum nyata, jika kebenaran itu sudah nyata? Berpikir besar, positif, dan khusnudzan adalah starting point untuk melakukan hal yang lebih besar.
Jangan tunda untuk berpikir positif, mulai saat ini.. Jangan tunggu hingga menit kedua apalagi besok.. Bismillah..
Sabtu, 20 Februari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Gi, di header nya kok "Gigi" nya di bawah?
nati diperbaki kak...blom sempat...
Posting Komentar